Social Cognitive Theory
(Social Learning, Observational Learning, Modelling)
Studi efek media pada perilaku berisiko pada remaja telah banyak didokumentasikan. Efek media tersebut antara lain pada perilaku-perilaku yang berisiko seperti penggunaan tembakau, alcohol, agresi dan seksual. Dalam pembahasan kali ini, kita akan melihat efek media terhadap perilaku remaja dalam hal perilaku seksual dan penggunaan tembakau.
Melalui teori kognitif sosial Bandura, kita ketahui bahwa individu mempelajari perilaku tertentu dengan cara observasi perilaku yang ditunjukkan oleh orang lain dan kemudian melakukan imitasi. Ada empat subfungsi belajar observasional dari media, yaitu adanya paparan media, adanya kemampuan encoding dalam merepresentasikannya secara kognitif, kemampuan menerjemahkan konsep simbolik menjadi tindakan yang tepat dan adanya motivasi yang berkembang karena penguatan internal maupun eksternal untuk membentuk perilaku tertentu (Harris, 2004).
Studi klasik Bandura dengan menggunakan boneka Bobo (1965) menjelaskan bagaimana pembelajaran observasional melalui film, di mana relevansi media terjadi ketika model dalam media menjadi sumber belajar. Anak-anak TK dipilih secara random dengan jumlah yang sama untuk menonton salah satu dari tiga film, di mana seorang pemeran memukuli sebuah mainan plastic berukuran orang dewasa yang dinamakan boneka Bobo. Film pertama pemeran diberi penghargaan dengan permen, minuman ringan dan pujian untuk perilaku agresif. Film kedua, pemeran dikritik dan dipukul untuk perilaku agresif. Film ketiga, tidak ada konsekuensi untuk perilaku agresifannya. Setelah itu, setiap anak ditinggalkan sendiri dalam ruangn yang berisi mainan, termasuk sebuah boneka Bobo. Perilaku anak-anak tersebut diamati melalui sebuah kaca satu arah. Anak-anak yang menonton film pertama (film egresif dengan reward) dan film ketiga (film agresif tanpa konsekuensi apapun) meniru perilaku agresif lebih banyak daripada anak-anak yang menonton film kedua (film agresif dengan punishment), dan anak laki-laki lebih agresif dibandingkan anak perempuan. Hal ini menunjukkan pembelajaran observasional terjadi sama ekstensifnya pada suatu perilaku baik terdapat penguatan atau tidak. dan Bandura juga mengatakan bahwa apabila seorang anak mengamati suatu perilaku tetapi tidak melakukan suatu respons yang dapat diamati, seseorang tetap mendapatkan respons yang dimodelkan secara kognitif (Santrock, 2009).
Meskipun teori kognitif sosial awanya berkembang untuk meneliti efek kekerasan media pada perilaku, tetapi model ini juga memiliki aplikasi lainnya. Adapun teori ini juga digunakan untuk meneliti aplikasi seperti pemodelan perilaku seksual, perilaku prososial, perilaku konsumen, dan lain-lain (Harris, 2004).
Referensi:
Harris, Richard Jackson. 2004. A Cognitive Psychology of Mass Communication. 4th ed. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Santrock, John W. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.
Leave a Reply