oleh:
Kurnia Rahmad Dhani
Abstrak
Mini-riset ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan penggunaan media sosial facebook dengan tingkat narsisme, self-esteem dan kesepian pada remaja di Indonesia. Data diperoleh dari kuesioner online yang melibatkan 52 orang responden mahasiswa S1 selama April dan Mei 2015. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keseluruhan penggunaan facebook dengan narsisisme, dan secara khusus menunjukkan bahwa skor facebook menyatu dengan kegiatan sehari-hari dengan narsisisme berkorelasi positif dan signifikan; tidak ada korelasi signifikan antara keseluruhan penggunaan facebook dengan self-esteem namun secara khusus walaupun tidak signifikan, komponen waktu menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara waktu dengan self-esteem; selanjutnya, penggunaan facebook dengan kesepian tidak terbukti memiliki hubungan yang signifikan, namun menarik untuk diperhatikan bahwa korelasi terjadi secara negatif.
Kata Kunci facebook, narsisme, self-esteem, kesepian, remaja
Latar Belakang
Perkembangan teknologi berupa internet memunculkan beragam ruang untuk berinteraksi baik melalui surat elektronik, blog, maupun media sosial dan masih banyak lagi. Media sosial sendiri merupakan suatu kumpulan aplikasi berbasis internet yang memungkinkan para penggunanya untuk saling berkomunikasi, berbagi konten, menjalin relasi, membangun bisnis, membentuk opini publik, menggalang aksi charity hingga membuat destruksi.
Penggunaan media sosial telah banyak menjadi perhatian para peneliti dan terbukti sangat berhubungan baik dengan ekspresi diri (self expressions), pembentukan diri (self creating /self forming) (Takahashi, 2010) hingga kesejahteraan subjektif penguna (Kim, Chung & Anh, 2014). Selain itu, penggunaan media sosial terbukti berkaitan dengan ciri sifat dan kepribadian tertentu seperti narsisistik (Buffardi & Campbel, 2008; Ahn, Kwolek & Bowman, 2015), self-esteem (van Zalk, Branje, Denissen, van Aken & Meeus, 2011) dan kesepian (Bian & Leung, 2015; Yang& Brown, 2013; Sharabi & Margalit, 2011).
Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan di media sosial adalah menulis, baik itu menulis tentang diri sendiri maupun mengenai berbagai hal. Para pengguna dapat menggunakan fitur catatan atau yang paling biasa dan paling sering digunakan yaitu kolom status. Menulis tentang diri sendiri dalam media sosial merupakan suatu cara dalam memahami diri sendiri maupun membentuk hubungan dengan orang lain. Menulis dalam media sosial merupakan aktivitas yang lebih dari sekedar ekspresi sifat narsisistik atau hanya sekedar alat berkomunikasi dengan orang lain karena menulis tentang diri sendiri (self-writing) merupakan sebuah tindakan dalam proses pembentukan diri (self-forming) (Sauter, 2014).
Media sosial sangatlah beragam, sebut saja facebook, twitter, google-plus, instagram, pinterest, dan masih banyak lagi. Diantara semua media sosial tersebut, facebook adalah media sosial yang masih menempati tempat teratas dibanding lainnya dengan rata-rata 936 juta pengguna seluruh dunia perhari pada bulan Maret 2015 (http://newsroom.fb.com/company-info/). Jumlah pengguna Facebook di Indonesia sampai dengan bulan Juni 2014 sudah mencapai angka 69 juta anggota (http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150327061134-185-42245/berapa-jumlah-pengguna-facebook-dan-twitter-di-indonesia/). Meskipun mengalami kemunduran jumlah pengguna karena mulai tersaingi oleh aplikasi media sosial lainnya (http://www.republika.co.id/berita/trendtek/aplikasi/15/02/11/ njlqvx-mulai-jenuh-facebook-kehilangan -100-juta-pengguna-aktif), jumlah pengguna facebook yang masih sangat besar ini patut menjadi sasaran penelitian yang lebih lanjut.
Narsisme
Penggunaan media sosial sangat berkaitan erat dengan tingkat narsisistik seseorang. Penelitian Wang & Stefanone (2013) menunjukkan bahwa ciri kepribadian tertentu seperti narsisistik dan ekstraversi dapat mempengaruhi strategi pengungkapan diri para pengguna facebook yaitu secara selektif mengungkapkan lokasi fisik pada audiensnya (jejaringnya) dalam facebook. Hal ini diakibatkan oleh perkembangan teknologi komunikasi yang mobile, yaitu hubungan sosio-spasial telah menjadi suatu faktor yang esensial dalam artikulasi pengungkapan informasi dan identitas.
Kepribadian narsisisik diekspresikan dalam jejaring sosial dan juga sebaliknya, dipersepsikan dari jejaring sosial. Perilaku narsisistik dalam media sosial serupa dengan bagaimana perilaku tersebut di dunia nyata atau off-line (Buffardi & Campbel, 2008). Narsisme adalah sifat kepribadian yang merefleksikan waham kebesaran (grandiose) dan konsep diri yang melambung. Secara khusus, perilaku narsisistik berhubungan dengan pandangan diri yang positif dan meninggi pada sifat-sifat tertentu seperti inteligensia, kekuatan, dan daya tarik diri (Buffardi & Campbel, 2008). Narsisisme grandiose berhubungan positif dengan penggunaan media sosial khususnya facebook, yaitu di mana semakin tinggi tingkat narsisisme maka semakin tinggi pula ketertarikan dan aktivitas dalam facebook (Walters & Horton, 2015).
Hipotesis yang pertama adalah, narsisme akan berkorelasi positif dengan penggunaan facebook.
Self Esteem
Self esteem didefinisikan sebagai perasaan seseorang pada nilai diri (self-worth), atau sebesar apa seseorang menilai, menerima, mengapresiasi, menghargai maupun menyukai dirinya sendiri (Hills, Francis, Jennings, 2011). Self-esteem tidak selalu menggambarkan tujuan kemampuan maupun talenta seseorang, atau bahkan bagaimana seseorang dievaluasi oleh orang lain. Selain itu, self esteem pada umumnya dionseptualisasikan sebagai “perasaan bahwa diri seseorang cukup baik”, dan dengan demikian seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi tidak merasa perlu untuk merasa bahwa dirinya lebih superior dari orang lain. Dengan demikian, self-esteem melibatkan perasaan penerimaan diri dan menghormati diri sendiri, berkebalikan dengan seseorang dengan pengormatan-diri yang eksesif maupun keagungan diri (self-aggrandizement) yang merupakan karakteristik individu narsisistik (Orth & Robin, 2014).
Seseorang yang memiliki tingkat self-esteem yang rendah cenderung sering meng-update status mengenai pasangan romantis. Mereka dengan tingkat narsisisme yang tinggi menggunakan facebook untuk mencari perhatian (attention-seeking) dan pengakuan (validation), menjelaskan kecenderungan mereka yang tinggi untuk memperbaharui (update) status mereka mengenai apa saja pencapaian mereka, apa makanan mereka dan latihan rutin mereka (Marshall, Lefringhausen & Ferenczi, 2015)
Hipotesis yang ke-dua adalah, self-esteem akan berkorelasi negatif dengan penggunaan facebook.
Kesepian / Loneliness
Satu dari empat orang menderita kesepian (Perlman, 1988). Penelitian Bian & Leung (2015) mengungkap bahwa semakin tinggi tingkat kesepian dan perasaan malu (shyness) maka semakin tinggi kecenderungan seseorang akan ketagihan pada penggunaan ponsel pintar, termasuk pada penggunaan aplikasi media sosial. Kesepian merupakan suatu fenomena unik dan multidimensional yang merepresentasikan sejauh mana seseorang mempersepsikan bahwa lingkaran sosialnya yang lebih sempit atau kurang memuaskan dibanding yang mereka harapkan (Betts & Bicknell, 2011). Perasaan kesepian tidaklah sama dengan kondisi sedang sendiri, tetapi lebih pada melibatkan perasaan terisolasi, perasaan terpisah (disconnectedness), dan perasaan tidak memiliki. Perasan tersebut merepresentasikan adanya ketidaksesuaian antara suatu kondisi yang diharapkan dan kondisi hubungan aktual seseorang (Hughes, Waite, Hawkley & Cacioppo, 2004). Secara khusus, penggunaan facebook untuk alasan kompensasi keterampilan sosial (social skills compensation reasons) menghasilkan perasaan kesepian yang terus menerus (Teppers, Luyckx, Klimstra & Goossens, 2014)
Hipotesis yang ke-tiga adalah bahwa tingkat kesepian akan berkorelasi positif dengan penggunaan facebook.
Metode
Partisipan
Mini-riset ini dilakukan dengan melibatkan 50 orang mahasiswa S1 pengguna aktif facebook.
Desain dan Prosedur
Partisipan diberi informasi mengenai tujuan studi. Partisipan melengkapi kuesioner (self-report measure) yang mengukur self-esteem, narsisisme dan kesepian setelah mereka setuju untuk berpartisipasi sebagai partisipan dalam studi yang diadakan secara online. Kuesioner menggunakan aplikasi survey online Universitas Gadjah Mada (survey.ugm.ac.id) dengan alamat: http://survey.ugm.ac.id/index.php?sid=16335&lang=id. Hanya kuesioner yang terisi penuh yang terpilih untuk dianalisis lebih lanjut.
Pengumpulan data dilakukan mulai 2015-04-20 20:29:26 hingga 2015-05-31 11:53:28.
Pengukuran
Penggunaan Facebook. Mini-riset ini menggunakan tujuh belas aitem pertanyaan untuk mengukur intensitas penggunaan facebook yang diadaptasi dari Skala Intensitas Penggunaan Facebook (Ellison, Steinfeld dan Lampe, 2007). Skala ini untuk melihat keaktifan individu dalam facebook, sejauh mana individu terikat secara emosional (sikap keseluruhan terhadap facebook) dan sejauh mana facebook menyatu dengan kegiatan individu sehari-hari (sikap keseluruhan terhadap status facebook). Respon diberikan dalam bentuk skala Likert 5 poin (1 = sangat tidak setuju dan 5 = sangat setuju). Untuk mengukur penggunaan facebook riil, partisipan diminta untuk melengkapi pertanyaan mengenai intensitas penggunaan (memperbaharui status) dalam rentang satu minggu (0, 1-5, 6-10, 11-15, 16-20 dan >20), berapa lama waktu yang dihabiskan dalam facebook (10, 10-30, 31-60 menit, 1-2, 2-3, >3 jam), jumlah teman (<11, 11-50, 51-100, 101-150, 151-200, 201-200, 251-300, 301-400, >400).
Self-Esteem. Skala Self-Esteem Rosenberg (SES – Rosenberg, 1965) digunakan untuk mengukur self-esteem. Skala ini berisi 10 aitem dengan respon skala 4 poin (1 = sangat tidak setuju dan 4 = sangat setuju) di mana skor tinggi menunjukkan self-esteem yang tinggi. RSIS merupakan pengukuran self-esteem yang paling banyak digunakan dewasa ini (Sinclair, Blais, Gansler, Sandberg, Bistis & LoCicero, 2010).
Narsisisme. Narsisisme diukur dengan menggunakan 16 aitem Narcissistic Personality Inventory – 16 (NPI-16 Ames, Rose dan Anderson, 2006).
Loneliness. Kesepian atau loneliness diukur dengan menggunakan Three Item Loneliness Scale yang merupakan versi singkat dari Revised UCLA Loneliness Scale (R-UCLA – Hughes, Waite, Hawkley & Cacioppo, 2004). Skala ini berisi tiga aitem dengan respon 4 poin (1 = tidak pernah dan 4 = sering sekali).
Hasil
Hipotesis diuji dengan menggunakan korelasi Pearson dalam perangkat lunak SPSS. Level signifikansi statistik yang digunakan adalah sebesar 0.05. Statistik deskriptif dikalkulasikan untuk mengevaluasi data demografik dan mengevaluasi trend dalam penggunaan facebook. Dalam hal waktu yang dihabiskan dalam facebook, diperoleh mean score sebesar 2.23 (SD=1.89), yang mengindikasikan bahwa partisipan menghabiskan kira-kira 1 jam perhari dalam facebook. Dari rerata jumlah teman, diperoleh mean score 7.83 (SD=0.71) yang mengindikasikan bahwa partisipan memiliki teman lebih dari 400 orang. Dalam hal jumlah memperbaharui status, diperoleh mean score 0.77 (SD=0.96), yang mengindikasikan bahwa partisipan memperbaharui status mereka kira-kira 1-5 kali dalam seminggu.
Korelasi Pearson dikalkulasi untuk mengevaluasi hipotesis.hasil analisis korelasional antara keseluruhan penggunaan facebook dengan konstrak narsisisme, self-esteem dan kesepian disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Korelasi antar komponen Penggunaan Facebook dengan konstrak Nasisisme, Self-esteem dan Kesepian
Narsisime | Self-esteem | Kesepian | |
Teman | .141 | .106 | -.177 |
Waktu | .059 | -.221 | -.003 |
Update | .200 | .069 | -.089 |
Kedekatan emosional thd facebook | .173 | .154 | -.023 |
Seberapa menyatu facebook dengan kehidupan sehari-hari | .318* | .273* | -.118 |
* = P<0.05 |
Tabel 2. Korelasi antara Keseluruhan Penggunaan Facebook dengan konstrak Narsisisme, Self-esteem dan Kesepian
Narsisisme | Self-esteem | Kesepian | |
Penggunaan Facebook | .292* | .125 | -.134 |
Narsisisme | .317* | .036 | |
Self-esteem | .260 | ||
N=52* = P<0.05 |
Hipotesis yang pertama adalah, narsisme akan berkorelasi positif dengan penggunaan facebook. Sebagaimana diprediksi sebelumnya, terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan facebook dengan narsisisme (r=0.292, p<0.05). Dengan demikian, semakin tinggi penggunaan facebook seseorang, semakin tinggi pula narsisismenya. Secara khusus, skor sejauh mana facebook menyatu dengan kegiatan individu sehari-hari berkorelasi secara signifikan dengan facebook (r=.318, p<0.05), yang mengindikasikan bahwa facebook menyatu secara signifikan dengan kegiatan sehari-hari partisipan yang narsisis.
Hipotesis yang ke-dua adalah, self-esteem akan berkorelasi negatif dengan keseluruhan penggunaan facebook. Hipotesis tidak terbukti karena hasil menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara keseluruhan penggunaan facebook dengan self-esteem (r=0.125, p>0.05). Akan tetapi perlu diperhatikan lebih lanjut bahwa secara khusus walaupun tidak signifikan (r= -0.221, p>0.05), komponen waktu menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara waktu dengan self-esteem yang mengindikasikan bahwa orang dengan self-esteem tinggi cenderung menghabiskan waktu lebih sedikit dalam facebook.
Hipotesis yang ke-tiga adalah bahwa tingkat kesepian akan berkorelasi positif dengan penggunaan facebook. Hipotesis tidak terbukti karena hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan facebook dengan kesepian. Namun demikian, perlu diperhatikan lebih lanjut bahwa nilai korelasinya menunjukkan sebaliknya yaitu korelasi terjadi secara negatif (r= -0.134) yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi penggunaan facebook maka semakin rendah kesepian seseorang.
Kesimpulan dan Diskusi
Kembali pada pertanyaan penelitian, kita memperoleh bukti bahwa sesuai prediksi hipotesis pertama, terdapat hubungan positif yang signifikan antara keseluruhan penggunaan facebook dengan narsisisme dan secara khusus menunjukkan bahwa skor facebook menyatu dengan kegiatan sehari-hari dengan narsisisme berkorelasi positif dan signifikan.
Hasil menunjukkan bahwa tidak ada korelasi signifikan antara keseluruhan penggunaan facebook dengan self-esteem. Akan tetapi perlu diperhatikan lebih lanjut bahwa secara khusus walaupun tidak signifikan, komponen waktu menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara waktu dengan self-esteem yang mengindikasikan bahwa orang dengan self-esteem tinggi cenderung menghabiskan waktu lebih sedikit dalam facebook.
Penggunaan facebook dengan kesepian tidak terbukti memiliki hubungan yang signifikan, namun menarik untuk diperhatikan lebih lanjut bahwa korelasinya menunjukkan arah sebaliknya yaitu korelasi terjadi secara negatif, yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi penggunaan facebook maka semakin rendah kesepian seseorang. Penelitian-penelitian sebelumnya memang menyarankan bahwa hubungan antara penggunaan facebook dan kesepian berkorelasi secara positif di mana orang yang kesepian akan menggunakan facebook secara lebih banyak dan bermakna negatif. Akan tetapi, arah hubungan yang negatif ini dapat kita pahami melalui penelitian Ellison et al. (2007), yaitu bahwa facebook membantu memelihara hubungan seseorang sebagaimana halnya pada komunitas offline. Media sosial seperti facebook memfasilitasi dengan cara yang sama dengan komuitas offline misalnya ketika siswa satu sekolah yang telah menjadi alumni tetap menjaga hubungan dengan teman-teman mereka secara online di media sosial. Dengan demikian, penggunaan media sosial seperti facebook dapat mendukung siapa saja untuk menjaga suatu ikatan atau hubungan.
Penelitian mengenai tingkat narsisme, self-esteem dan kesepian pada media sosial harus diperluas lagi pada media-media sosial lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif. Media sosial seperti facebook diyakini saat ini mulai mengalami masa penurunan jumlah pengguna karena kemunculan berbagai media sosial lain seperti Instagram, Tumblr dan lain-lain (http://www.republika.co.id/berita/trendtek/aplikasi/15/02/11/njlqvx-mulai-jenuh-facebook-kehilangan-100-juta-pengguna-aktif). Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media-media sosial yang berbeda secara simultan.
Referensi:
Ahn, H., Kwolek, E.A., & Bowman,N.D., 2015. Two faces of narcissism on SNS: The distinct effects of vulnerable and grandiose narcissism on SNS privacy control. Computers in Human Behavior 45 (2015) 375–381. http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2014.12.032
Ames, D.R., Rose, P. & Anderson, C.P., 2006.
Betts, L.R., & Bicknell, A.S., 2011. Experiencing Loneliness in Childhood: Concequences for Psychosocial Adjustment, School Adjustment, and Academic Performance dalam Bevin, S.J. (ed), 2011. Psychology of Loneliness: Psychology of Emotions, Motivations and Action. New York: Nova Science Pub.
Bian, M., & Leung, L., 2015. Linking loneliness, shyness, smartphone addiction symptoms, and patterns of smartphone use to social capital. Social Science Computer Review 2015, Vol. 33(1) 61-79. DOI: 10.1177/0894439314528779
Buffardi, L.E. & Campbell, W.K., 2008. Narcissism and Social Networking Web Sites. PSPB, Vol. 34 No. 10, October 2008 1303-1314. DOI: 10.1177/0146167208320061
Cnnindonesia. 2015. http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150327061134-185-42245/berapa-jumlah-pengguna-facebook-dan-twitter-di-indonesia/ diakses pada 13 Juni 2015 pukul 09:42
Ellison, N.B., Steinfield, C. & Lampe, C., 2007. The Benefits of Facebook ‘‘Friends:’’ Social Capital and College Students’ Use of Online Social Network Sites. Journal of Computer-Mediated Communication. doi:10.1111/j.1083-6101.2007.00367.x
Facebook. 2015. http://newsroom.fb.com/company-info/. diakses pada 7 Juli 2015 pukul 04:21
Hils, P.R., Francis, L.J., Jennings. P., 2011. The Shool Short Form Coopersmith Self-Esteem Inventory: Revised and Improved. Canadian Journal of School Psychology 26(1) 62–71 26(1) 62–71
Hughes, M.E., Waite, L.J., Hawkley, L.C. & Cacioppo, J.T., 2004. A Short Scale for Measuring Loneliness in Large Surveys: Results from Two Population-Based Studies. Research on Aging, Vol. 26 No. 6, November 2004 655-672. DOI: 10.1177/0164027504268574
Kim, J.Y., Chung, N., & Ahn, K.M., 2014. Why people use social networking services in Korea: The mediating role of self-disclosure on subjective well-being. Information Development 2014, Vol. 30(3) 276–287. DOI: 10.1177/0266666913489894
Marshall, T.C., Lefringhausen, K. & Ferenczi, N., 2015. The Big Five, self-esteem, and narcissism as predictors of the topics people write about in Facebook status updates. Personality and Individual Differences 85 (2015) 35–40 http://dx.doi.org/10.1016/j.paid.2015.04.039
Orth, U. & Robins, R.W., 2014. The Development of Self-Esteem. Current Directions in Psychological Science 2014, Vol. 23(5) 381–387. DOI: 10.1177/0963721414547414
Perlman, D., 1988. Loneliness: A life-span, family perspective dalam R. M. Milardo (Ed.), Families and social networks. Newbury Park, CA: Sage.
Republika, 2015. http://www.republika.co.id/berita/trendtek/aplikasi/15/02/11/njlqvx-mulai-jenuh-facebook-kehilangan-100-juta-pengguna-aktif. diakses pada 29 Juni 2015 pukul 22.00
Sauter, T., 2014. What’s on your mind? Writing on Facebook as a tool for self-formation. new media & society, Vol. 16(5) 823–839 DOI: 10.1177/1461444813495160
Sharabi, A & Margalit, M., 2011. The Mediating Role of Internet Connection, Virtual Friends, and Mood in Predicting Loneliness Among Students With and Without Learning Disabilities in Different Educational Environments. Journal of Learning Disabilities
44(3) 215–227. DOI: 10.1177/0022219409357080
Sinclair, S.J., Blais, M.A., Gansler, D.A., Sandberg, E., Bistys, K., & LoCicero, A., 2010. Psychometric Properties of the Rosenberg Self-Esteem Scale: Overall and Across Demographic Groups Living Within in the United States. Evaluation & the Health Professions
33(1) 56-80. DOI: 10.1177/0163278709356187
Takahashi, T., 2010. MySpace or Mixi? Japanese engagement with SNS (social networking sites) in the global age. new media & society 12(3) 453–475. DOI: 10.1177/1461444809343462
Teppers, E., Luyckx, K., Klimstra, T.A. & Goossens, L., 2014. Loneliness and Faceboo k motives in adolescence : A longitu dinal inquiry into directionality of effects. Journal of Adolescence 37 (2014) 691–699. http://dx.doi.org/10.1016/j.adolescence.2013.11.003
Toma, C.L., & Hancock, J.T., 2013. Self-Affirmation Underlies Facebook Use. Personality and Social Psychology Bulletin 39(3) 321 –331 DOI: 10.1177/0146167212474694
Van Zalk, M.H., Branje, S.J., Denissen, J., van Aken, M.A., & Meeus, W.H., 2011. Who benefits from chatting, and why? The roles of extraversion and supportiveness in online chatting and emotional adjustment. Personality and Social Psychology Bulletin 37(9) 1202–1215. DOI: 10.1177/0146167211409053
Walters, N.T. & Horton, R., 2015. A diary study of the influence of Facebook use on narcissism among male college students. Computers in Human Behavior 52 (2015) 326–330. http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2015.05.054
Wang, S.S & Stefanone, M.A., 2013. Showing Off? Human Mobility and the Intyerplay of Traits, Self-Disclosure, and Facebook Check-ins. Social Science Computer Review. 31(4) 437-457. DOI: 10.1177/0894439313481424
Yang, C & Brown, B., 2013. Motives for using facebook, patterns of facebook activities, and late adolescents’ social adjustment to college. J Youth Adolescence (2013) 42:403–416. DOI 10.1007/s10964-012-9836-x